SEJARAH AKUSTIK DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA
NAMA : RISMAN
NIM : 1610716110008
M.K. : AKUSTIK KELAUTAN
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2018
Ø
Sejarah Perkembangan Akustik Kelautan
Akustik adalah teori yang membahas
tentang gelombang suara dan perambatannya dalam suatu medium. Sedangkan akustik
kelautan ialah teori yang membahas tentang gelombang suara dan perambatannya
dalam medium air. Akustik kelautan merupakan satu bidang kelautan yang dapat
mendeteksi objek di kolom dan dasar perairan dengan menggunakan suara sebagai
medianya. Studi kelautan dengan dengan menggunakan akustik sangat membantu
penelitian untuk mengetahui objek yang berada di kolom dan dasar perairan.
Objek ini dapat berupa ikan, plankton, subtrat maupun kandungan minyak dan
buhan tambang lainnya yang berada di bawah dasar perairan.
Sejarah perkembangan akustik
kelautan dimulai sekitar tahun 1490 M yang berasal dari catatan harian Leonardo
da vinci yang menuliskan “dengan menempatkan ujung pipa yang panjang didalam
laut dan ujung lainnya di telinga anda, dapat mendengarkan suara kapal-kapal
laut dari kejauhan”. Hal ini mengidentifikasikan bahwa suara dapat merambat di
dalam air, ini disebut dengan sonar pasif karena kita hanya mendengar suara
yang ada. Pada abad ke-19, Jacques and Pierre Currie menemukan
piezoelectricity, sejenis kristal yang dapat membangkitkan arus listrik jika
kristal tersebut ditekan, atau sebaliknya jika kristal tersebut dialiri arus
listrik maka kristal akan mengalami tekanan yang akan menimbulkan perubahan
tekanan di permukaan kristal yang besentuhan dengan air. Selanjutnya signal
suara akan beroprasi didalam air. Hal ini disebut sonar aktif.
Pemahaman fisik proses akustik maju
cepat selama dan setelah Revolusi Ilmiah. Terutama Galileo Galilei (1564-1642),
tetapi juga Marin Mersenne (1588-1648) mandiri, menemukan hukum lengkap
bergetar string (menyelesaikan ilmu Pythagoras dan mulai 2000 tahun
sebelumnya). Galileo menulis gelombang yang dihasilkan oleh getaran dari tubuh
yang nyaring, dan menyebar melalui udara, yang di bawa ke tympanum dari telinga
stimulus yang menafsirkan pikiran sebagai suara. Sebuah pernyataan yang luar
biasa yang menunjuk awal fisiologis dan psikologis akustik. Pengukuran eksperimental
dari kecepatan suara di udara telah dilakukan berhasil antara tahun 1630-1680
oleh sejumlah peneliti dan yang paling menonjol Mersenne. Sementara itu Newton
(1642-1727) meneliti yang hubungan untuk kecepatan gelombang dalam zat padat
landasan akustik fisik.
Pada
abad ke-18 melihat kemajuan besar dalam akustik para matematikawan menerapkan
teknik baru kalkulus untuk menguraikan teori-teori propagasi gelombang suara.
Pada abad ke-19 tokoh utama akustik matematika Helmholtz dari Jerman,
mengkonsolidasi bidang akustik fisiologis, dan Rayleigh dari Inggris, yang
menggabungkan pengetahuan sebelumnya dengan penelitianya sendiri ke lapangan
dalam karya monumental-nya "Teori Sound ". Pada abad ke-19 juga,
Wheatstone, Ohm, dan Henry mengembangkan analogi antara listrik dan akustik.
Abad ke-20 melihat perkembangan aplikasi teknologi semakin tumbuh pesat.
Aplikasi tersebut pertama kali di aplikasikan melalui pekerjaan Sabine's ground
breaking dalam akustik arsitektur, diikuti Underwater akustik digunakan untuk
mendeteksi kapal selam pada Perang Dunia pertama. Rekaman suara dan telepon
memainkan peranan penting dalam transformasi global masyarakat. Acoustic System
mulai dikenal dan populer dengan istilah SONAR (sound navigation and ranging).
ASDIC ‘Allied Submarine Detection Investigation Committee’ pada masa Perang
Dunia I (PD I). Lalu Acoustic System mulai dikembangkan oleh Inggris pada masa
pra-Perang Dunia II (PD II) dengan membuat ASDIC (Anti Sub-marine Detection
Investigation Committee) yang terbukti sangat berguna bagi. Angkatan Laut
Negara-negara Sekutu pada PD II. Setelah PD II berakhir, penggunaan akustik
semakin berkembang luas untuk tujuan damai dan ilmiah, antara lain digunakan
untuk; mempelajari proses perambatan suara pada medium air, penelitian sifat-sifat
akustik dan benda-benda yang terdapat pada suatu perairan, komunikasi dan
penentuan posisi di kolom perairan. Selanjutnya perkembangan akustik semakin
pesat pada awal dekade 70an karena telah ditemukan Echo Integrator yang dapat
menghasilkan nilai absolut untuk pendugaan dan estimasi bawah air.
Perkembangan
akustik yang sangat pesat pada saat Perang Dunia pertama terutama digunakan
untuk pendeteksian kapal-kapal selam yang ada dibawah laut. Pendeteksian ini
menggunakan 12 hydrophone (yang setara dengan microphone untuk penggunaan
didarat) yang diletakan memanjang di bawah kapal laut untuk mendengarkan sinyal
suara yang berasal dari kapal selam. Setelah Perang Dunia I, perkembangan
akustik kelautan cenderung stgnan ini dikarenakan pada saat itu belum adanya
perkembangan lebih lanjut dan penggunakan akustik kelautan lebih difokuskan
untuk keperluan militer. Pada saat Perang Dunia di mulai penggunakaan akustik
kembali berkembang dengan pesat. Penggunaan torpedo yang menggunakan sinyal
akustik untuk mencari kapal musuh adalah penemuan yang hebat pada jaman itu.
Setelah
selesainya Perang Dunia II, akustik tidak hanya digunakan untuk keperluan
militer saja, tetapi akustik banyak digunakan untuk keperluan non-militer
diantaranya mempelajari proses perambatan suara didalam medium air; penelitian
sifat-sifat akustik dari air dan benda-benda bawah air; pengamatan benda-benda
dari echo yang mereka hasilkan; pendeteksian sumber-sumber suara bawah air;
komunikasi dan penetapan posisi dengan alat akustik bawah air. Pada dekade
tahun tujuh puluhan barulah secara intensif diterapkan dalam pendeteksian dan
pendugaan stok ikan, yakni dengan dikembangkannya analog echo-integrator dan
echo counter. Perkembangan yang menyolok ini tidak hanya di Inggris tetapi juga
di Norwegia, Amerika, Jepang, Jerman dan sebagainya.
Kemudian
setelah diketemukan digital echo integrator dual beam acoustic system, split
beam acoustic system, quasy ideal beam system dan aneka echo processor canggih
lainnya, barulah ketelitian dan ketepatan pendugaan stock ikan dapat
ditingkatkan sehingga akhir-akhir ini peralatan akustik menjadi peralatan
standar dalam pendugaan stock ikan dan manajemen sumberdaya perikanan. Dalam
survey kelautan dapat digunakan untuk menduga spesies ikan, menduga ukuran individu
ikan, kelimpahan/stok sumberdaya hayati laut (plankton dan ikan).
Kegiatan
lain yang dapat dikaji dengan teknologi akustik bawah air adalah sifat
sifat-sifat akustik dari air laut dan obyek bawah air, pendeteksian kapal selam
dan obyek-obyeklainya. Kegunaan lain dari akustik bawah air adalah untuk
penentuan kedalaman air dalam pelayaran, jenis dan komposisi dasar laut
(lumpur, pasir, kerikil, karang dan sebagainya), untuk penentuan contour dasar
laut, lokasi kapal berlabuh atau pemasangan bangunan laut, untuk eksplorasi
minyak dan mineral didasar laut, mempelajari proses sedimentasi dan untuk
pertahanan keamanan (pendeteksian kapal-kapal selam dengan pemasangan
buoy-system).
Ø
Perkembangan Akustik Kelautan di Indonesia
Potensi sumberdaya laut di Indonesia
sangatlah besar yang mencakup potensi sumberdaya hayati dan non-hayati.
Sumberdaya laut tersebut sampai sekarang belum secara maksimal dapat
dieksplorasi dan dieksploitasi selain minyak dan gas bumi pada sektor
sumberdaya non hayati. Demikian pula pada sektor sumberdaya hayati laut,
eksplorasi dan eksploitasi terhadap ikan-ikan laut dan sejenisnya membutuhkan
kearifan disamping teknologi canggih namun tidak merusak lingkungannya. Untuk
menunjang eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya laut, dapat digunakan teknologi
akustik bawah air (underwater acoustics). Teknologi ini dikenal luas denagn
sebutan teknologi akustik yang tidak lain adalah penggunaan gelombang suara
yang dalam dunia navigasi disebut Sonar atau Echosounder dan sejenisnya. Dengan
pendekatan fungsi, Sonar atau Echo sounder pada teknologi navigasi dapat
disetarakan dengan penggunaan Radar untuk pendeteksian objek di permukaan air.
Pengelolaan
perairan Indonesia dibagi dalam sembilan wilayah pengelolaan perikanan dan
kelautan dengan penamaan tertentu, seperi Laut Banda, Laut Arafura, Laut Sulu,
Laut Jawa dan seterusnya. Setiap area perairan tersebut mempunyai karakter yang
berbeda satu sama lainnya demikian pula perbedaan dengan laut wilayah
subtropis. Hal ini ditentukan oleh kondisi geografis masing-masing area
perairan, pola arus, perubahan temperatur dan salinitas, kedalaman air dan
lain-lain. Kondisi keberagaman tofografis, kedalaman terlebih lagi berada pada
kawasan tropis mengakibatkan melimpahnya sumberdaya yang beragam pula.
Berikut
adalah penerapan teknologi akustik untuk eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya
non-hayati laut, yaitu:
1. Pengukuran
Kedalaman Dasar Laut (Bathymetry)
2. Pengidentifikasian
Jenis-jenis Lapisan Sedimen Dasar Laut (Subbottom Profilers)
3. Pemetaan Dasar
Laut (Sea bed Mapping)
4. Pencarian
kapal-kapal karam didasar laut
5. Penentuan jalur
pipa dan kabel dibawah dasar laut.
6. Analisa Dampak
Lingkungan di Dasar Laut
SUMBER : https://www.academia.edu/28722854/Sejarah_dan_Perkembangan_Akustik